Dalam upaya memenangkan konsumen, ada banyak sekali taktik
yang bisa di kembangkan oleh bisnis. Harga adalah salah satunya, namun
sayangnya saat ini harga sepertinya menjadi satu satunya senjata yang digunakan
banyak pengusaha. Dan pada akhirnya yang terjadi adalah perang harga.
Dalam tulisannya Rico Huang soal price war, beliau banyak
bercerita soal ini dan intinya sih, tidak ada ada yang menang di perang harga. Kita
rugi, rezeki kompetitor juga di ganggu, produk menjadi hina dan konsumen tidak
mendapatkan value yang bagus. Bahkan konsumen bisa tidak dapat produk sama
sekali kalau kita dan kompetitor bangkrut akibat perang harga (fikry fatullah).
Di era digital saat ini, yang memenangkan persaingan
bukanlah mereka yang menjual paling murah, tapi mereka yang punya pelayanan bagus
(service) dan logistik juaralah yang akan memenangkan persaingan. Walau ironisnya
sampai hari ini masih ada juga yang berpikir bahwa untuk menang persaingan
harus dengan banting - bantingan harga.
Guru kami menuliskan bahwa untuk memerangi perang harga ada
beberapa hal yang bisa kita lakukan, antara lain:
Pertama : Value kita harus bagus
Hal ini adalah dasar dalam bisnis, sejatinya bisnis adalah
pertukaran value dan produk adalah salah satu dari bagian value itu.
Value sebenarnya adalah benefit yang kita tukarkan dengan sejumlah
biaya yang disebut harga. Kebanyakan orang takut menaikkan harga karena takut
pasarnya lari. Nah, jika konsumen sudah menetapkan value suatu produk, artinya
ia sudah mendapatkan benefit atas harga yang ia keluarkan. Jadi agar value di
benak konsumen tidak berubah, setelah kita naikkan harga, maka tingkatkan juga
benefit yang mereka rasakan.
Jika secara matematis di gambarkan VALUE = BENEFIT/ Biaya
(harga)
Kedua : agar Value bagus, Proses bisnis dan SDM harus Solid
dan Mulus
Terkadang konsumen membeli bukan karena produknya saja, tapi
ada hal lain yang membuat mereka “nyaman” bertransaksi dengan kita. Dan kenyamanan
itu bisa didapatkan dalam proses bisnisnya atau dengan SDM kita.
Dan menurut Hiten shah, hal yang paling menantang dalam
bisnis adalah prosesnya dan SDM.
Ketiga : Persepsi Bagus Menurut Pasar/ Calon Pembeli
Bagus menurut siapa? Benar menurut siapa? Ini yang biasa
disebut persepsi. Kita sering menduga duga apa yang ada di dalam benak konsumen,
saya juga sering mendapatkan melihatlah dari kacamata konsumen, bukan kacamata
kita sebagai produsen. Kadang, konsumen bahkan tidak tahu apa yang mereka
butuhkan. Tugas kitalah yang menggali kebutuhan dan memberikan solusi atas
jawaban mereka.
Keempat : Trafik dan Aset
Kuasai bagaimana mendatangkan trafik dan membangun aset
online. Para guru kami sering mengatakan bahwa makanan bisnis itu adalah
trafik. Makin banyak trafik makin baik, tinggal bagaimana kita berkomunikasi
dan mengubah trafik menjadi penjualan. Lalu
jangan lupa untuk mulai membangun aset online kita. Di dunia yang makin
digital, kebutuhan online makin tinggi, jika kita tidak juga membangun aset
online, kita bakal terus tergerus dan ketinggalan.
Kelima : Produk yang Unik
Kalau kita memiliki produk yang unik dan belum ada yang
jual, pasar masih gelap soal harga, kita bisa tentukan harga sesuka kita. Dan peluang
untuk mendapatkan laba dan memberikan value yang baik terhadap produk menjadi
lebih tinggi.
Dalam kelas manajemen uang bisnis sering saya sampaikan
bahwa bisnis tujuannya adalah mendapatkan cash, jika kita gagal mendapatkan
cash, kita tak ubahnya lembaga sosial bukan organisasi bisnis. Fokus ke sana
seharusnya.
Dan untuk mendapatkan cash yang relatif banyak, maka laba
harus tinggi. Laba di dapat dari pengurangan antara penjualan dan biaya biaya. Jika
kita jual murah, sementara biaya tinggi, apakah kita bisa dapat laba yang
layak?
Dengan dapat laba yang layak, kita bisa mengembangkan bisnis menjadi lebih bagus
lagi, meningkatkan produksi, meningkatkan layanan dan lain lain.
Intinya hindari perang harga, gak ada untungnya. Jangan terjebak
paradigma jual murah = laris. Banyak yang terjebak dengan paradigma ini, mereka
bangga dengan mutasi rekening yang tinggi, tapi sejatinya mereka tidak
mendapatkan apa – apa, hanya kelelahan dalam menjalankan bisnis.
*)Tulisan ini terinspirasi oleh guru kami fikri fatullah
0 komentar:
Posting Komentar
Terimakasih Sudah Membaca Blog Kami, berkomentarlah yang santun.